1. Apakah tujuan Agama?
Tujuan
pendidikan secara formal diartikan sebagai rumusan kualifikasi, pengetahuan,
kemampuan dan sikap yang harus dimiliki oleh anak didik setelah selesai suatu
pelajaran di sekolah, karena tujuan berfungsi mengarahkan, mengontrol dan
memudahkan evaluasi suatu aktivitas sebab tujuan pendidikan itu adalah identik
dengan tujuan hidup manusia. Dari uraian di atas tujuan Pendidikan Agama
peneliti sesuaikan dengan tujuan Pendidikan Agama di lembaga-lembaga pendidikan
formal dan peneliti membagi tujuan Pendidikan Agama itu menjadi dua bagian
dengan uraian sebagai berikut :
1)
Tujuan Umum
Tujuan umum Pendidikan Agama Islam adalah
untuk mencapai kwalitas yang disebutkan oleh al-Qur'an dan hadits sedangkan
fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang tercantum dalam
Undang-Undang dasar No. 20 Tahun 2003 Dari tujuan umum pendidikan di atas
berarti Pendidikan Agama bertugas untuk membimbing dan mengarahkan anak didik
supaya menjadi muslim yang beriman teguh sebagai refleksi dari keimanan yang
telah dibina oleh penanaman pengetahuan agama yang harus dicerminkan dengan
akhlak yang mulia sebagai sasaran akhir dari Pendidikan Agama itu. Menurut
Abdul Fattah Jalal tujuan umum pendidikan Islam adalah terwujudnya manusia
sebagai hambah Allah, ia mengatakan bahwa tujuan ini akan mewujudkan
tujuan-tujuan khusus. Dengan mengutip surat at-Takwir ayat 27. Jalal menyatakan
bahwa tujuan itu adalah untuk semua manusia. Jadi menurut Islam, pendidikan
haruslah menjadikan seluruh manusia menjadi manusia yang menghambakan diri
kepada Allah atau dengan kata lain beribadah kepada Allah. Islam menghendaki
agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana
yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah adalah
beribadah kepada Allah, ini diketahui dari surat al-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi
: Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka
beribadah kepada-Ku” (Q.S al-Dzariyat, 56) .
2)
Tujuan Khusus
Tujuan khusus Pendidikan Agama adalah tujuan
yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan jenjang
pendidikan yang dilaluinya, sehingga setiap tujuan Pendidikan Agama pada setiap
jenjang sekolah mempunyai tujuan yang berbeda-beda, seperti tujuan Pendidikan
Agama di sekolah dasar berbeda dengan tujuan Pendidikan Agama di SMP, SMA dan
berbeda pula dengan tujuan Pendidikan Agama di perguruan tinggi. Tujuan khusus
pendidikan seperti di SLTP adalah untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut serta meningkatkan tata cara membaca al-Qur’an dan
tajwid sampai kepada tata cara menerapkan hukum bacaan mad dan wakaf.
Membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh dan menjawukan diri
dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab dan namimah serta memahami
dan meneladani tata cara mandi wajib dan shalat-shalat wajib maupun shalat
sunat (Riyanto, 2006 : 160). Sedangkan tujuan lain untuk menjadikan anak didik
agar menjadi pemeluk agama yang aktif dan menjadi masyarakat atau warga negara
yang baik dimana keduanya itu terpadu untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan
merupakan suatu hakekat, sehingga setiap pemeluk agama yang aktif secara
otomatis akan menjadi warga negara yang baik, terciptalah warga negara yang
pancasilis dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kenapa kamu beragama?
2. Kenapa kamu beragama?
Agama
berdasarkan sejarah, sebenarnya adalah buatan manusia setelah Sang Guru atau
nabi wafat. Mereka, para guru dan nabi, adalah orang yang mengajar kebajikan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat yang ada saat itu. Mereka tidak
mengumumkan kepada masyarakat bahwa mereka membuat suatu agama tertentu.
Dalam
pengertian Dhamma, agama adalah pelembagaan Ajaran Sang Buddha ditambah dengan
berbagai tradisi yang berasal dari masyarakat tempat Ajaran Sang Buddha itu
berkembang. Maksud Ajaran Sang Buddha di sini adalah berbagai uraian yang
diajarkan Sang Buddha agar siapapun yang melaksanakan mampu melenyapkan
ketamakan, kebencian serta kegelapan batin. Sedangkan tradisi adalah tata cara
ritual yang disesuaikan dengan kondisi atau kebudayaan setempat.
Sedangkan manusia perlu beragama karena masa
hidup manusia yang relatif cukup singkat. Katakanlah usia manusia saat ini
rata-rata 75 tahun. Apabila ia harus belajar dan mencoba sendiri berbagai
sistem kebajikan, maka mungkin usia yang ia miliki tidak mencukupi untuk
mencapai hasil maksimal. Dengan mengikuti suatu agama yang sudah ada, manusia
akan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk melaksanakan dan membuktikan
kecocokan suatu agama. Ia lebih cepat mendapatkan pedoman hidup yang langsung
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga ia menjadi orang yang lebih
baik dalam perilaku, ucapan maupun cara berpikir.
Agama sangatlah penting dalam kehidupan
manusia. Demikian pentingnya agama dalam kehidupan manusia, sehingga diakui
atau tidak sesungguhnya manusia sangatlah membutuhkan agama dan sangat
dibutuhkanya agama oleh manusia. Tidak saja di massa premitif dulu sewaktu ilmu
pengetahuan belum berkembang tetapi juga di zaman modern sekarang sewaktu ilmu
dan teknologi telah demikian maju. Berikut ini sebagian dari bukti-bukti
mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia.
a. Agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
a. Agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
Prof Arnoid Toynbee memperkuat
pernyataan yang demikian ini. Menurut ahli sejarah Inggris kenamaan ini tabir
rahasia alam semesta juga ingin di singkap oleh manusia. Dalam bukunya “An
Historian’s Aproach to religion” dia menulis, “ Tidak ada satu jiwapun akan
melalui hidup ini tanpa mendapat tantantangan-rangsangan untuk memikirkan
rahasia alam semesta”. Ibnu Kholdum dalam kitab Muqaddimah-nya menulis “akal
ada sebuah timbangan yang tepat, yang catatannya pasti dan bisa dipercaya.
Tetapi mempergunakan akal untuk menimbang hakekat dari soal-soal yang berkaitan
dengan keesaan Tuhan, atau hidup sesudah mati, atau sifat-sifat Tuhan atau
soal-soal lain yang luar lingkungan akal, adalah sebagai mencoba mempergunakan
timbangan tukang emas untuk menimbang gunung, ini tidak berarti bahwa
timbangannya itu sendiri yang kurang tepat. Soalnya ialah karena akal mempunyai
batas-batas yang membatasinya. Berhubungan dengan itu persoalan yang menyangkut
metafisika masih gelap bagi manusia dan belum mendapat penyelesaian semua tanda
tanya tentang itu tidak terjawab oleh akal.
b. Agama memberikan bimbingan rohani
bagi manusia, baik dikala suka maupun di kala duka.
Hidup manusia di dunia yang pana ini
kadang-kadang suka tapi kadang-kadang juga duka. Maklumlah dunia bukanlah
surga, tetapi juga bukan neraka. Jika dunia itu surga, tentulah hanya
kegembiraan yang ada, dan jika dunia itu neraka tentulah hanya penderitaan yang
terjadi. Kenyataan yang menunjukan bahwa kehidupan dunia adalah rangkaian dari
suka dan duka yang silih berganti. Firman Allah Swt yang artinya : “Setiap jiwa
pasti akan merasakan kematian, dan engkau kami coba dengan yang buruk dan
dengan yang baik sebagai ujian” (al-Ambiya, 35). Dalam masyarakat dapat dilihat
seringkali orang salah mengambil sikap menghadapi cobaan suka dan duka ini.
Misalnya dikala suka, orang mabuk kepayang da lupa daratan. Bermacam karunia
Tuhan yang ada padanya tidak mengantarkan dia kepada kebaikan tetapi malah
membuat manusia jahat. (Shaleh, 2005: 45) Berdasarkan uraian di atas penulis
dapat menyimpulkan bahwa sikap yang salah juga sering dilakukan orang sewaktu
di rundung duka. Misalnya orang hanyut dalam himpitan kesedihan yang
berkepanjangan. Dari sikap yang keliru seperti itu dapat timbul gangguan
kejiwaan seperti lesu, murung, malas, kurang gairah hidup, putus asa dan merasa
tidak berguna bagi orang lain.
3. Ensiklopedia Agama
Hindu?
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan
Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa
Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan
kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin
religio dan berakar pada kata kerja
re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan
berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Émile
Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu
yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang
suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus
meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang
sempurna kesuciannya
Definisi
Definisi tentang agama dipilih
yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini diharapkan tidak terlalu
sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang
selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Agama merupakan
suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur kehidupan rohani manusia.
Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik
persamaannya dan titik perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan
terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan
bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu
tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu
ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain
atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng
Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain.
Keyakinan ini membawa manusia
untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu:
·
menerima segala
kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan
·
menaati segenap
ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian diperoleh
keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada
Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan
dan Tuhan.
Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian
tersebut dapat disebut agama.
Cara Beragama
Berdasarkan cara beragamanya:
- Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya.
- Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
- Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
- Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.
Unsur-unsur
Menurut Leight, Keller dan Calhoun,
agama terdiri dari beberapa unsur pokok:
- Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi
- Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
- Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agama
- Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
- Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama
Fungsi
- Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
- Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
- Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
- Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
- Pedoman perasaan keyakinan
- Pedoman keberadaan
- Pengungkapan estetika (keindahan)
- Pedoman rekreasi dan hiburan
- Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.
Agama di
Indonesia
Enam agama besar yang paling banyak
dianut di Indonesia,
yaitu: agama Islam,
Kristen
(Protestan)
dan Katolik,
Hindu,
Buddha,
dan Konghucu.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah melarang pemeluk Konghucu melaksanakan
agamanya secara terbuka. Namun, melalui Keppress No. 6/2000, Presiden
Abdurrahman Wahid mencabut larangan tersebut. Tetapi sampai kini masih banyak
penganut ajaran agama Konghucu yang mengalami diskriminasi dari pejabat-pejabat
pemerintah. Ada juga penganut agama Yahudi, Saintologi,
Raelianisme
dan lain-lainnya, meskipun jumlahnya termasuk sedikit.
Menurut Penetapan Presiden (Penpres)
No.1/PNPS/1965 junto Undang-undang No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan
dan Penodaan agama dalam penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan bahwa Agama-agama
yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah: Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Meskipun demikian bukan berarti
agama-agama dan kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan berkembang di
Indonesia. Bahkan pemerintah berkewajiban mendorong dan membantu perkembangan
agama-agama tersebut.
Sebenarnya tidak ada istilah agama yang
diakui dan tidak diakui atau agama resmi dan tidak resmi di Indonesia,
kesalahan persepsi ini terjadi karena adanya SK (Surat Keputusan) Menteri dalam
negeri pada tahun 1974 tentang pengisian kolom agama pada KTP yang hanya
menyatakan kelima agama tersebut. Tetapi SK (Surat Keputusan) tersebut telah
dianulir pada masa Presiden Abdurrahman Wahid karena dianggap bertentangan
dengan Pasal 29 Undang-undang Dasar 1945 tentang Kebebasan beragama dan Hak
Asasi Manusia.
Selain itu, pada masa pemerintahan Orde Baru
juga dikenal Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, yang ditujukan kepada sebagian orang yang percaya akan
keberadaan Tuhan, tetapi bukan pemeluk salah satu dari agama mayoritas.
Agama Hindu Dharma atau Agama Tirtha ("agama Air Suci" adalah sejenis
agama Hindu yang umumnya
diamalkan oleh kebanyakan orang Bali di Indonesia.
Agama Hindu di Bali merupakan sinkretisme unsur-unsur Hindu
aliran Siwa, Waisnawa, dan Brahma dengan kepercayaan lokal (local genius)
orang Bali.
Upacara
Keagamaan
Upacara keagamaan yang
dilakukan dalam Agama Hindu Dharma, berkolaborasi dengan budaya lokal. Ini
menjadi kekayaan dan keunikan yang hanya ditemukan di Bali.
Manusa
Yadnya
- Otonan / Wetonan, adalah upacara yang dilakukan pada hari lahir, seperti perayaan hari ulang tahun, dilakukan 210 hari.
- Upacara Potong Gigi, adalah upacara keagamaan yang wajib dilaksanakan bagi pemeluknya. Upacara ini dilakukan pada pemeluk yang telah beranjak remaja atau dewasa. Bagi wanita yang telah mengalami menstruasi, dan bagi pria yang telah memasuki akil balik.
Pitra
Yadnya
- Upacara Ngaben, adalah prosesi upacara pembakaran jenazah, Sebagaimana dalam konsep Hindu mengenai pembakaran jenazah, upacara ini sebagai upaya untuk mempercepat pengembalian unsur-unsur/zat pembentuk dari raga/wadag/badan kasar manusia.Ada empat lontar utama yang memberi petunjuk tentang adanya upacara Pitra yadnya, yaitu Yama Purwa Tatwa (mengenai sesajen yang digunakan), Yama Purana Tatwa (mengenai filsafat pembebasan atau pencarian atma dan hari baik-buruk melaksanakan upacara), Yama Purwana Tatwa (mengenai susunan acara dan bentuk rerajahan kajang), dan Yama Tatwa (mengenai bentuk-bentuk bangunan atau sarana upacara).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar